Resume materi pertemuan kesepuluh

Nama:Imroatul Aliyah

Kelas:3B PS

Nim:63010200060

                                                                RESUME

Kandungan Ayat tentang Kejujuran Berbisnis dalam QS. al-Isra’: 35; dan QS. al-Nisa’: 58 (Kelompok 7)

A. Tafsiran QS. Al-Isra’:35

وَاَوْفُوا الْكَيْلَ اِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوْا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيْمِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan

timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Al-qur’an al-isra’ ayat 35 ini, dia dalamnya terdapat kata “al-Kail”. Hamka

mengartikan “al-Kail” dengan arti sukatan, satu sukatan adalah empat

gantang. Namun pemerintah Indonesia tidak lagi memakai sukatan dan

gantang sebagi ukuran resmi, tetapi memakai liter. Ayat ini juga menjelaskan

bahwa timbanglah dengan timbangan yang lurus, maksudnya adalah

hendakalah seorang mukmin itu menggunakan sukatan dan timbangan

dengan jujur. Jangan sampai ada tipu menipu, sehingga gantang untuk

membeli berbeda dengan gantang untuk menjual, begitu juga dengan

timbangan. Itulah yang baik! Sebab dengan begitu ada rasa tentram pada

kedua belah pihak, baik penjual ataupun pembeli. Kejujuran itu adalah

kekayaan sejati, yang dapat membawa kemakmuran. Ahli-ahli ekonomipun

menyimpulkan bahwa yang sehat itu adalah yang tegak di atas kejujuran, uang

hasil kecurangan adalah uang panas, cepat dapat namun cepat juga lepas.

Sebaik-baik penyelesaian adalah kemakmuran yang merata dan itulah tujuan

masyarakat yang dikehendaki Islam. Di sini jelaslah bahwa Islam

menghendaki majunya ekonomi. ekonomi akan mencapai tujuan yang

sebenarnya apabila didasarkan atas kejujuran.

Seperti halnya yang dikatakan M.Quraish Shihab bahwa ayat ini

berkaitan dengan hak pemberian harta yaitu dengan menakar yang sempurna.

Karena itu, ayat ini melanjutkan dengan menyatakan bahwa dan

sempurnakanlah secara sungguh-sungguh takaran apabila kamu menakar untuk

pihak lain dan timbanglah dengan neraca yang lurus, yakni yang benar dan adil.

Itulah yang baik bagi kamu dan orang lain karena dengan demikian orang akan

percaya kepada kamu, sehingga semakin banyak yang berintraksi dengan

kamu dan melakukan hal itu juga lebih bagus akibatnya bagi kamu di akhirat

nanti dan bagi seluruh masyarakat dalam kehidupan dunia.41 Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa, hendaklah selalu jujur dalam menakar

atau menimbang, baik itu saat membeli atau menjual. Ayat ini juga

mengajarkan bahwa, yang menguntungkan sebenarnya dalam perniagaan adalah kejujuran.

Sebab dengan kejujuran orang lain akan semakin percaya,

dan dengan kepercayaan orang lain itu akan mendatangkan rezeki yang lebih

baik lagi.

1. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan sempurnakanlah takaran, dan jangan kalain menguranginya bila kalian menakar

untuk oranglain. Dan timbanglah dengan neraca yang benar. Sesungguhnya tindakan

adil dalam menakar dan menimbang adalah lebih baik bagi kalian di dunia dan

akibatnya lebih baik di sisi Allah pada hari akhirat.

2. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.

Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar untuk orang lain dan jangan

menguranginya, dan timbanglah dengan timbangan yang jujur lagi tidak mengurang-

nguranginya, sebab penyempurnaan takaran dan timbangan tersebut lebih baik bagi

kalian di dunia dan di Akhirat kelak, dan lebih baik ganjarannya daripada sikap curang

dengan mengurangi takaran atau timbangan.

3. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah

pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an

Universitas Islam Madinah

Dan sempurnakanlah takaran jika kalian menakar untuk orang lain dan jangan kalian

menguranginya sedikitpun. Dan timbanglah dengan timbangan yang tidak mengandung

kedhaliman. Sungguh keadilan yang besar dalam menakar dan menimbang lebih baik 

bagi kalian di dunia dan membawa kesudahan yang baik di akhirat.

4. Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Dan sempurnakanlah takaran saat kalian menakar, dan menimbanglah dengan

timbangan normal yang tidak ada kecurangan di dalamnya. Dan berlaku jujur dalam

menakar dan menimbang itu lebih baik dan lebih utama bagi kalian di dunia dengan

mendapatkan reputasi baik dan muamalah yang disenangi, dan sebaik baik balasan dan

harta itu ada di akhirat.

5.Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14H

Ini adalah perintah untuk berlaku adil dan menyempurnakan takaran dan timbangan-

timbangan dengan adil tanpa memangkas ataupun menguranginya. Dari konteks umum 

ayat di atas dapat diambil faidah, adanya larangan dari berbagai bentuk penipuan dalam

masalah harga, barang dan obyek yang sudah disepakati, dan (kandungan) perintah

untuk tulus dan jujur dalam bermuamalah. “Itulah yang lebih utama (bagimu),”

daripada berbuat tidak demikian “dan lebih baik akibatnya,” lebih baik akibat

kesudahannya. Dengan itu, seorang hamba selamat dari berbagai tuntutan

pertanggungjawaban dan berkah pun akan turun.

6. Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa,

M.Pd.I

Surat Al-Isra ayat 35: Dari keumuman maknanya dapat disimpulkan, larangan berbuat

curang atau menipu (ghisy) baik pada uang yang dibayarnya, barangnya maupun pada

‘akadnya, dan perintah memiliki sifat nus-h (tulus) serta jujur dalam bermuamalah.

Dengan melakukan hal tersebut, maka seorang hamba akan selamat dari

pertanggungjawaban dan akan mendapatkan keberkahan dalam hartanya.

7. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Surat Al-Isra Ayat 35 Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, jangan

mengurangi takaran untuk orang atau melebihkannya untuk dirimu, dan timbanglah

dengan timbangan yang benar sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Itulah yang lebih

utama bagimu, karena dengan demikian orang akan percaya kepadamu dan tenteram

dalam bermuamalah denganmu dan lebih baik akibatnya bagi kehidupan manusia pada

umumnya di dunia dan bagi kehidupanmu di akhirat kelak. Dan janganlah kamu

mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Jangan

mengatakan sesuatu yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku melihat apa yang tidak

engkau lihat, jangan pula mengaku mendengar apa yang tidak engkau dengar, atau

mengalami apa yang tidak engkau alami. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan

hati, adalah amanah dari tuhanmu, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya,

apakah pemiliknya menggunakan untuk kebaikan atau keburukan'.


B. Tafsiran QS. An-Nisa:58

 اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

58. Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.

1. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanat yang berbeda-beda

yang kalian dipercaya untuk menyampaikannya kepada para pemiliknya, maka janganlah

kalian melalaikan amanat-amanat itu. Dan Dia memerintahkan kalian untuk memutuskan

perkara diantara manusia dengan dasar keadilan dan obyektif, bila kalian memutuskan

permasalahan diantara mereka. Dan itu adalah sebaik-baik nasihat yang Allah sampaikan

kepada kalian dan memberi petunjuk kalian kepadanya. Sesungguhnya Allah Maha

Mendengar ucapan-ucapan kalian,meneliti seluruh perbuatan kalian lagi Maha Melihatnya.

2. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.

Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menunaikan amanat kepada pemiliknya. Dan Dia

menyuruh kalian, apabila kalian memutuskan perkara di antara manusia dalam semua

urusan mereka, maka putuskanlah perkara mereka dengan adil, jangan memihak atau zalim

dalam memutuskan. Sesungguhnya Allah mengingatkan dan memberi bimbingan yang

sebaik-baiknya ke arahnya (menjaga amanat) dalam setiap kondisi kalian. Sesungguhnya

Allah Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian dan Maha Melihat perbuatan-perbuatan

kalian.

3. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah

pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an

Universitas Islam Madinah

Setelah Allah menyebutkan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan beramal

shalih, kemudian Allah mengarahkan mereka untuk berbuat dua jenis amalan Shalih, yaitu

menunaikan amanat dan memberi keputusan bagi orang lain dengan adil. Firman ini

ditujukan bagi setiap orang yang diberi amanat, baik itu yang berhubungan dengan hak

Allah ataupun yang berhubungan dengan hak manusia, baik itu berupa jabatan, harta, dan

lain sebagainya. kemudian Allah memuji perintah perintah dan larangan larangan yang

telah ditetapkan-Nya karena mengandung kemaslahatan di dunia dan di akhirat dan

menjauhkan dari mudharatnya, sebab yang menetapkan adalah Dzat yang Maha

Mendengar dan Maha Melihat, tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Maha Mengetahui

kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya.

4. An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat An-Nisa ayat 58: Sesungguhnya Allah memerintah kamu menunaikan amanat-

amanat kepada yang berhak; dan apabila kamu menghukum antara manusia, supaya kamu

menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah menasehati kamu dengan sebaik-baik

perkara, karena sesungguhnya Allah itu adalah Pendengar, Pelihat.

5. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nisa Ayat 58

Dua ayat terakhir dijelaskan kesudahan dari dua kelompok mukmin dan kafir, yakni tentang

kenikmatan dan siksaan, maka sekarang alqur'an mengajarkan suatu tuntunan hidup yakni

tentang amanah. Sungguh, Allah yang mahaagung menyuruhmu menyampaikan amanat

secara sempurna dan tepat waktu kepada yang berhak menerimanya, dan Allah juga

menyuruh apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia yang berselisih hendaknya

kamu menetapkannya dengan keputusan yang adil. Sungguh, Allah yang telah

memerintahkan agar memegang teguh amanah serta menyuruh berlaku adil adalah sebaik-

baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah adalah tuhan yang maha

mendengar, maha melihatagar penetapan hukum dengan adil tersebut dapat dijalankan

dengan baik, maka diperlukan ketaatan terhadap siapa penetap hukum itu. Ayat ini

memerintahkan kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai

dari penetapan hukum Allah. Wahai orang-orang yang beriman! taatilah perintah-perintah

Allah dalam alqur'an, dan taatilah pula perintah-perintah rasul Muhammad, dan juga

ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan oleh ulil amri pemegang kekuasaan di antara kamu

selama ketetapan-ketetapan itu tidak melanggar ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian,

jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu masalah yang tidak dapat dipertemukan, maka

kembalikanlah kepada nilai-nilai dan jiwa firman Allah, yakni Al-Qur'an, dan juga nilai-

nilai dan jiwa tuntunan rasul dalam bentuk sunahnya, sebagai bukti jika kamu benar-benar

beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih

baik akibatnya, baik untuk kehidupan dunia kamu, maupun untuk kehidupan akhirat kelak.


C. ketersaling hubungan antara QS. Al-Isra’:35 dan QS. An-Nisa:58 terkait

dengan konsep kejujuran berbisnis dalam islam.

saling ketersinambungan diantara surah al-isra’ 35 dengan surah an-nisa 58 adalah

Sama-sama memerintahkan pada kejujuran dengan keadilan namun didalam surah al-isra’

35 lebih menitik beratkan kepada kejujuran dalam berbisnis yaitu menganjurkan kepada

seluruh umat manusia pada umumnya, dan kepada para pedagang khususnya untuk berlaku

jujur dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan. Sedangkan surah an-

nisa 58 yaitu lebih menitikberatkan pada hukum dengan adil memerintahkan seseorang

menunaikan amanat – amanat secara sempurna, menetapkan hukum dengan adil. Dengan

demikian kedua surat tersebut menerangkan pentingnya sikap kejujuran yang harus

diterapkan dalam kegiatan berbisnis , karena kejujuran akan mendatangkan keberkahan.

Komentar